Friday, June 14, 2013

Steven Spielberg: Krisis Membayangi Industri Film

Los Angeles - Dua sutradara andal, Steven Spielberg dan George Lucas, memperingatkan bahwa industrri film dalam bahaya krisis. Mereka menyatakan akan semakin sulit bagi film kecil untuk bisa tayang di bioskop karena Hollywood saat ini bergantung pada film beranggaran besar.

Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan Hollywood Reporter, Spielberg mengatakan film Lincoln nyaris dibuat untuk jaringan TV HBO karena sulit untuk bisa masuk ke dalam bioskop.

"Jalur untuk masuk ke dalam bioskop semakin mengecil," kata Spielberg seperti dilansir BBC, Jumat (14/6/2013). Karena itu, Spielberg mengusulkan agar ada pengaturan harga tiket bagi sejumlah film.

"Anda harus membayar US$ 25 untuk bisa menonton Iron Man berikutnya, Anda mungkin hanya akan membayar US$ 7 untuk melihat Lincoln," ucap Spielberg.

Lincoln, film yang berkisah empat bulan terakhir masa kehidupan Presiden Lincoln yang diperankan Daniel Day-Lewis ini hanya dirilis secara terbatas di 11 bioskop di Amerika Serikat.

Dengan anggaran hanya sekitar US$ 65 juta, film ini baru mulai laris setelah masuk dalam 12 nominasi Academy Awards 2012 dan meraih dua piala Oscar dalam kategori Aktor Pria Terbaik dan Desain Produksi Terbaik.

Pendapat senada diutarakan George Lucas. Pencipta seri Star Wars ini menambahkan bahwa dia bisa menyepakati adanya model penetapan harga bioskop, di mana sedikit film yang dirilis bisa bertahan lama di bioskop (sampai setahun) dan harga tiket meningkat tergantung dari film tersebut.

Adapun dalam sebuah wawancara dengan BBC Newsbeat, Presiden Asosiasi Distribusi Film yang mewakili studio Hollywood di Inggris, Lord David Puttnam, menyepakati perubahan harus dibuat.

"Setiap film memiliki tantangan pemasaran sendiri dan mencoba untuk membuat satu kebijakan untuk semua, dalam setiap aspek pemasaran, seperti poster, iklan media dan jendela peluang lainnya, semuanya menghadapi kenyataan," papar Lord Puttnam.

"Industri film semestinya tidak menempatkan penghalang buatan antara sebuah film dan penontonnya dan sejumlah metode tidak banyak yang tidak berkelanjutan," imbuh Lord Puttnam.

Lebih jauh dia menjelaskan, industri film semestinya tidak membuat peraturan yang sifatnya tidak menguntungkan bagi produk individu dalam film-film individu.

"Intinya adalah mengoptimalkan pendapatan bagi film tertentu dan entah bagaimana caranya membuat film X harus menderita karena film Y dan Z memiliki jendela sendiri, hal itu sangat tidak masuk akal," urainya.

"Saya ingin semua film dinilai berdasarkan ciri mereka sendiri...Pekerjaan kita adalah untuk memuaskan pelanggan. Saya rasa penonton bisa melihat film yang mereka inginkan di mana pun mereka mau menontonnya," pungkas Puttnam.

No comments:

Post a Comment